Khutbah
Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ
بِالْهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى
بِاللهِ شَهِيْداً، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ إِقْرَاراً بِهِ وَتَوْحِيْداً، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْماً مَزِيْداً
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ
تَعَالَى
Ibadallah,
Sesungguhnya
penyimpangan pemikiran yang berbuah pengkafiran terhadap umat Islam,
menumpahkan darah mereka, merampas harta mereka, terjadinya kekacauan dan
ketakutan di rumah-rumah, bukan datang begitu saja. semua itu terjadi karena
beberapa sebab. Insya Allah, dalam kesempatan khotbah kali ini, khotib akan
menguraikan beberapa poin yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan
pemikiran tersebut.
Pertama: Tidak memahami prinsip akidah
ahlussunnah wal jamaah.
Akidah
ahlussunnah adalah penjaga seseorang dari penyimpangan pemikiran atau
kesesatan. Karena akidah ahlussunah adalah shiratul mustaqim dan metode
beragama yang kokoh. Prinspi dasar dari akidah ahlussunah wal jamaah adalah
merealisasikan tauhid. Seseorang selamat dari gangguan lisan dan perbuatannya.
Menjamin keamanan dan keselamatan jiwa, kehormatan, dan harta seseorang. Tidak
boleh mendekati semua itu kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh syariat.
Dulu,
jazirah Arab berada dalam keadaan jahiliyah. Kebengisan dan keburukan tersebar.
Mudah membunuh, mencuri, marah, dan menzalimi. Tidak ada hukum dan kekuasaan
yang dapat menjamin dan menaungi mereka. Lalu datanglah syariat Islam. Mereka
menjadi bersaudara, saling mencintai, saling berkasih-sayang. Dengan karunia
Allah, ketakutan berubah menjadi keamanan. Sampai-sampai seorang wanita merasa
aman melakukan perjalanan jauh dari wilayah timur Jazirah hingga bagian
baratnya. Dia tidak takut kecuali hanya kepada Allah.
بَيْنَمَا أَنَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ، فَشَكَا إِلَيْهِ الْفَاقَةَ، ثُمَّ
أَتَاهُ آخَرُ، فَشَكَا إِلَيْهِ قَطْعَ السَّبِيلِ، فَقَالَ: يَا عَدِيُّ! هَلْ
رَأَيْتَ الْحِيرَةَ؟ قُلْتُ: لَمْ أَرَهَـا، وَقَدْ أُنْبِئْتُ عَنْهَا. قَالَ: فَإِنْ
طَالَتْ بِكَ حَيَـاةٌ لَتَرَيَنَّ الظَّعِينَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ الْحِيرَةِ
حَتَّى تَطُوفَ بِالْكَعْبَةِ لاَ تَخَافُ أَحَدًا إِلاَّ اللهَ. قُلْتُ فِيمَا
بَيْنِي وَبَيْنَ نَفْسِي: فَأَيْنَ دُعَّارُ طَيِّئٍ الَّذِينَ قَدْ سَعَّرُوا
الْبِلاَدَ؟! وَلَئِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ لَتُفْتَحَنَّ كُنُوزُ كِسْرَى.
قُلْتُ: كِسْرَى بْنِ هُرْمُزَ؟! قَالَ كِسْرَى بْنِ هُرْمُزَ. وَلَئِنْ طَالَتْ
بِكَ حَيَـاةٌ لَتَرَيَنَّ الرَّجُلَ يُخْرِجُ مِلْءَ كَفِّهِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ
فِضَّةٍ، يَطْلُبُ مَنْ يَقْبَلُهُ مِنْهُ، فَلاَ يَجِدُ أَحَدًا يَقْبَلُهُ
مِنْهُ… قَالَ عَدِيٌّ: فَرَأَيْتُ الظَّعِينَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ الْحِيرَةِ
حَتَّـى تَطُوفَ بِالْكَعْبَةِ لاَ تَخَافُ إِلاَّ اللهَ، وَكُنْتُ فِيمَنْ
افْتَتَحَ كُنُوزَ كِسْرَى بْنِ هُرْمُزَ، وَلَئِنْ طَالَتْ بِكُمْ حَيَاةٌ
لَتَرَوُنَّ مَا قَالَ النَّبِيُّ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُخْرِجُ مِلْءَ كَفِّهِ.
“Ketika aku
bersama Nabi ﷺ, tiba-tiba datang
seorang laki-laki, lalu dia mengadu kepadanya tentang kefakiran, kemudian
datang lagi yang lain, dan mengadu kepadanya tentang para begal. Selanjutnya
beliau berkata padaku, ‘Wahai ‘Adi, Apakah engkau melihat (kota) al-Hirah?’
‘Aku belum melihatnya, aku hanya mendapatkan berita tentangnya,’ jawabku.
Beliau bersabda, ‘Jika umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat seorang
wanita melakukan perjalanan dari al-Hirah hingga dia melakukan thawaf di
sekeliling Ka’bah tanpa merasa takut kepada seorang pun kecuali kepada Allah,’
aku bertanya di dalam hati, ‘Ke manakah para pembegal dari Thayyi’ yang telah
menebarkan fitnah di berbagai negeri?!’ (Sabda Rasul), ‘Dan seandainya umurmu
panjang, niscaya akan dibukakan harta simpanan Kisra.’ Aku bertanya, ‘Kisra bin
Hurmuz?!’ Beliau menjawab, ‘Kisra bin Hurmuz, dan seandainya umurmu panjang,
niscaya engkau akan melihat seorang laki-laki mengeluarkan emas atau perak
sepenuh kedua telapak tangannya, dia mencari orang yang akan menerimanya, lalu
dia sama sekali tidak mendapati seorang pun yang mau menerimanya pemberiannya…
‘Adi berkata, “Lalu aku melihat seorang wanita yang melakukan perjalanan dari
(kota) al-Hirah hingga dia melakukan thawaf di Ka’bah tanpa ada rasa takut
kecuali kepada Allah, dan aku adalah termasuk orang yang membuka harta simpanan
Kisra bin Hurmuz, dan jika kalian berumur panjang, niscaya kalian akan melihat
apa-apa yang dikatakan oleh Abul Qasim (Nabi ﷺ),
(yaitu) orang yang menyedekahkan (emas) sepenuh telapak tangan.” (HR.
al-Bukhari).
Benar
adanya, Adi mengalami masa perubahan itu. Masa dimana manusia hidup dalam
ketakutan kemudian berganti menjadi keamanan. Masa dimana orang-orang
bermusuhan kemudian menjadi saudara karena Allah ﷻ.
Hal itu terjadi ketika mereka memeluk Islam. Manisnya imanlarut dalam hati
mereka. Mereka menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi ﷺ
sebagai panduan kehidupan.
Saat para
pemuda mempelajari akidah ahlussunnah wal jamaah. Mempelajarinya dengan
sebenar-benarnya. Tidak menyimpang dalam mengkajinya. Memahaminya dengan apa
yang dipahami oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya
radhiallahu ‘anhum. Maka dengan izin Allah, keamanan dan kemakmuran akan
terwujud.
Di antara
contoh akidah ahlussunnah wal jamaah adalah mereka tidak memvonis kafir seseorang
dengan dosa yang belum melewati batas tersebut. Misalnya: mereka tidak
mengkafirkan seseorang yang meminum khamr, berzina, mencuri, membunuh, memakan
harta riba. Hanya saja mereka meyakini orang-orang tersebut telah mengurangi
kadar kesempurnaan iman mereka dengan kadar yang besar. Tidak diragukan lagi
tentang hal itu. Tapi mereka tidak mengkafirkan, walaupun mereka wafat dan
belum sempat bertaubat atas apa yang telah mereka lakukan.
Keyakinan
mereka adalah jika Allah berkehendak, Allah mengampuni dan memaafkan mereka
atau memasukkan mereka ke dalam surga setelah mereka diadzab di neraka. Namun
ingat! Mereka tidak mengatakan apa yang telah dilakukan itu adalah halal.
Mereka tidak mengatakan khamr itu halal. Atau riba itu halal. Atau zina itu
halal. Mereka tidak mengatakan orang-orang yang melakukan perbuatan haram itu
kafir keluar dari Islam.
Jika kita
perhatikan orang-orang yang berpemikiran ekstrim dan menyimpang ini, mereka
keliru dalam prinsip dasar ahlussunnah ini. Sehingga mereka mengkafirkan kaum
muslimin. Bahkan lebih mengherankan lagi, di antara mereka ada yang
mengkafirkan kaum muslimin dalam perkara mubah. Mereka memvonis kafir umat
Islam secara serampangan. Hanya mengikuti hawa nafsu saja.
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Contoh lain
dari akidah ahlussunnah wal jamaah adalah wajib menaati pemimpin walaupun
mereka zhalim. Banyak hadits-hadits dari Nabi ﷺ tentang
hal ini. barangsiapa yang menyelisihi prinsip ini, maka ia berdosa dan telah
berbuat kemaksiatan serta menyelisihi jalannya orang-orang yang beriman.
Kemudian
muncullah kelompok yang menyimpang dari akidah ahlussunnah wal jamaah ini.
Mereka melanggar kesetiaan kepada pemimpin dan memecah belah jamaah kaum
muslimin. Pemikiran mereka tercampuri kerancuan yang bertentangan dengan
Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Kedua: Tidak memahami fikih syariat yang
dibangun berdasarkan Alquran dan Sunnah yang shahih.
Setiap
amalan/ibadah yang tidak cocok dengan syariat, maka ia tertolak. Dan di antara
perkara yang banyak tidak diketahui oleh kaum muslimin pada hari ini adalah
pokok-pokok permasalahan jihad.
Jihad adalah
amalan agung dalam agama ini. Syariat memberikan porsi perhatian yang besar
padanya. Banyak ayat dan hadits yang menerangkan tetang jihad. Demikian juga
para ulama yang mumpuni keilmuannya, membuat tulisan-tulisan khusus tetang
permasalahan ini. mereka menjelaskan hakikat jihad, syarat-syaratnya,
kewajiban-kewajibannya, penghalang-penghalangnya, adab-adabnya, dan lain-lain.
dengan penjelasan yang rinci.
Ketika
banyak pemuda yang tidak mengetahui hokum-hukum ini, namun mereka menggelorakan
syiar jihad, terjadilah kerusakan pada umat ini. Kaum muslimin secara umum pun
mendapat musibah dari apa yang mereka lakukan. Tidak ada contoh jihad syr’i
pada mereka dan jihad yang sesuai syariat pun berlepas diri dari mereka.
Dampak dari
ketidak-tahuan tentang fikih jihad ini adalah permusuhan mereka terhadap
negeri-negeri Islam. Bahkan mereka memusuhi negeri dimana di sana ada Kota
Mekah dan Madinah, Arab Saudi. Kita lihat mereka menyerang orang-orang yang
sedang menunaikan shalat. Mereka sangka itu adalah jihad. Itu adalah pengakuan
dusta, pengkhianatan terhadap kaum muslimin, dan kerusakan akhlak. Jauh sekali
dari nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh syariat Islam. Bahkan tidak diterima
oleh akal sekalipun.
Lihatlah
jihad yang orang-orang seperti ini lakukan. Mereka membunuh orang-orang tidak
bersalah. Membunuh kaum muslimin di rumah-rumah mereka, di jalan-jalan, di
pasar-pasar, di tempat kerja, bahkan di masjid.
Lihatlah
jihad yang mereka lakukan. Jihad yang membunuh jiwa-jiwa yang dijaga syariat.
Jiwa-jiwa yang tidak bersalah. Mereka melakukan pembunuhan hanya karena beda
warna kulit dan kewarga-negaraan.
Lihatlah
jihad palsu yang mereka lakukan. Aksi membuat onar yang menghalalkan apa yang
Allah ﷻ haramkan. Bahkan di antara mereka kita
lihat menyerang Kota Madinah, kota Nabi Muhammad ﷺ.
Inikah
jihad? Jihad yang diajarkan oleh Muhammad ﷺ?
Demi Allah, ini bukan jihad. Apa yang mereka lakukan adalah bisikan dari setan
kepada orang-orang yang tidak berpengetahuan.
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ
شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ
“Dan
didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal-amal dengan cukup.” (QS:An-Nuur | Ayat: 39).
Ketiga: Mereka jauh dari bimbingan ulama
yang kokoh dan mendalam ilmunya dalam memahami Alquran dan Sunnah.
Mereka jauh
dari ulama yang menasehati umat. Yang menasehati penguasa dan rakyat. Mereka
jauh dari ulama karena terpengaruh dengan da’i-da’i yang melabeli para ulama dengan
gelaran buruk. Yang menggelari para ulama dengan ulamanya penguasa, ulama yang
menjual agama untuk kedudukan dunia, ulama yang berfatwa sesuai dengan kehendak
penguasa, ulama yang sombong, tidak rendah hati terhadap anak muda, ulama yang
hanya menguasai pembahasan thahrah, haid, dan nifas, lalu mereka pun lari
kepada penyeru-penyeru jihad yang tidak membawa kebaikan itu.
Saudaraku
kaum muslimin,
Inilah
keadaan yang terjadi pada banyak pemudah muslim terhadap ulama mereka. Setelah
demikian, apakah mereka akan menerima nasihat para ulama? Apakah mereka akan
duduk bermajelis di majelisnya para ulama? Akankah mereka menerima arahan
ulama? Jauh sungguh jauh.
Sungguh,
berprasangka buruk terhadap ulama yang menjadi rujukan umat adalah sebuah
kerugian dan kehinaan. apalagi buruk sangka ini muncul dari anak muda yang
masih belia, yang umurnya masih seorang penuntut ilmu biasa. Yang ia masih
begitu dipengaruhi emosi dan semangat.
Keempat: Belajar kepada orang-orang yang
mengutamakan hawa nafsu dan rusak pemikirannya.
Ini adalah
hasil yang didapat dari seseorang yang jauh dari akidah yang benar dan jauh
dari ulama. Kita lihat, banyak pemuda Islam membaca buku-buku yang cenderung ke
pemikiran ekstrim. Seperti dalam sebuah buku dikatakan, “Sungguhnya manusia
semuanya telah murtad menuju ke peribadatan semsa hamba Allah, menuju
ajaran-ajaran yang jauh dari kalimat laa ilaaha illallaah. Walaupun sebagian
dari mereka tetap melantangkan adzan dengan kalimat itu. Namun mereka jauh dari
konsekuensi kalimat tersebut”. Penulis ini juga mengatakan, “Umat manusia telah
kembali ke zaman jahiliyah. Mereka murtad dari kalimat laa ilaaha illallaah”.
Penulis yang mengatakan ini, buku-bukunya tersebar di kalangan pemuda Islam.
Bahkan ia dianggap sebagai tokoh pembaru di zaman sekarang. dialah Sayyid
Quthub.
وَاللهُ نَسْأَلُ أَنْ يُجْنِبْنَا
وَإِيَّاكُمْ أَسْبَابَ الضَّلَالَةِ وَالزَيْغِ وَالفِتَنِ وَأَنْ يُثْبِتَنَا
عَلَى الصِرَاطِ المُسْتَقِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .
Khutbah
Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ
وَإِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً،
أَمَّا بَعْدُ :
عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ
تَعَالَى،
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Ketika kita
sudah mengetahui penyebab penyimpangan dan mengenalnya berdasarkan petunjuk
Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ, maka hal ini akan
menjadi terapi pengobatan dan memudahkan kita untuk menjaga diri. Apa yang
khotib sampaikan pada khotbah pertama bukanlah semua sebab, pemaparan tadi hanyalah
beberapa sebab saja yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam pemikiran yang
menyimpang. Setidaknya ada dua poin lagi yang hendak khotib sampaikan pada
khotbah kedua ini.
Pertama: Sebagian orang menjadikan
kemiskinan dan pengangguran adalah sebab terorisme dan pemikiran ekstrim.
Alasannya
adalah:
Satu:
Pemahaman ini, bisa jadi benar, namun ini bukanlah penyebab utama. Terbukti
secara realita dan juga berdasarkan wahyu. Kita lihat petinggi-petinggi
Al-Qaeda dan sebagian orang-orang yang terlibat dalam pemikiran ini, mereka
memiliki kekayaan dan pendidikan tinggi. Osama bin Laden, ia seorang yang kaya.
Demikian juga di antara mereka ada yang menyandang gelar S3. Banyak juga mereka
yang bekerja dan kuliah di tempat-tempat bergengsi, namun mereka tinggalkan hal
itu.
Ini adalah
pemikiran, bukan sesuatu yang disebabkan kelaparan. Ini adalah kerusakan
pemahaman, sedikitnya ilmu yang membentengi mereka dari pemikiran yang
menyimpang.
Dua: Kita
juga melihat banyak orang-orang miskin tak punya, namun cara mereka memahami
agama bagus. Lisan-lisan mereka sering mengucapkan doa dan kebaikan untuk
pemimpin-pemimpin mereka. mereka ridha dengan para pemimpin dan bahagia dengan
keadaan yang aman. Artinya mereka tidak mau mengubah keadaan aman itu menjadi
sebuah pemberontakan.
Tiga: Hasan
al-Bashri mencontohkan orang-orang yang memberontak kepada Khalifah Utsman bin
Affan, mereka adalah orang-orang yang hidup dalam situasi aman dan mapan.
Mereka diliputi kebaikan dan banyak rezeki.
Oleh karena
itu, kemiskinan bukanlah sebab dasar dan pokok. Mudah-mudahan kita tidak salah
fokus dalam menghadapi pemikiran ini. Sehingga kita luput dari sebab mendasar
dan utamanya.
Kedua: Maksud dari mengetahui sebab-sebab
penyimpangan ini adalah agar kita bersemangat melakukan penjagaan diri dan
keluarga kita. Jangan sampai mereka jatuh dalam kesalahan ini. Perhatikan dan
teladanilah ulama-ulama yang mendalam ilmunya terhadap Alquran dan Sunnah.
Ikutilah mereka yang mengajak menaati pemerintah dan mendoakannya. Kalau
pemimpin sekarang buruk menurut Anda, belum tentu bagi yang lain. Ketika
terjadi percobaan pelengseran, maka akan ada respon dari para pendukungnya,
maka terjadilah kekacauan dan hilanglah rasa aman.
Mari kita
doakan pemimpin kita, agar Allah membimbing mereka menuju jalan yang Dia cintai
dan ridhai.
ثُمَّ اعْلَمُوْا أَيُّهَا
المُسْلِمُوْنَ أَنَّ خَيْرَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا،
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَعَلَيْكُمْ بِالجَمَاعَةِ، فَإِنَّ يَدَ اللهِ
عَلَى الجَمَاعَةِ، وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النّارِ: (إِنَّ اللَّهَ
وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) [الأحزاب:56] .
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ،
اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِّيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ،
وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ،
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ
هَذَا البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنّاً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا
رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ
بِسُوْءٍ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ، وَارْدُدْ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ، وَاجْعَلْ
تَدْمِيْرَهُ فِي تَدْبِيْرِهِ، وَاكْشِفْ نَوَايَاهُ وَخُطَطَهُ وَاجْعَلْهَا
سَبَبَ لِلْقَضَاءِ عَلَيْهِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ، اَللَّهُمَّ اكْفِنَا شُرُوْرَهُمْ،
اَللَّهُمَّ رُدَّ كَيْدَهُمْ فِي نُحُوْرِهِمْ، اَللَّهُمَّ سَلِّطْ بَعْضَهُمْ
عَلَى بَعْضٍ، وَاشْغِلْهُمْ بِأَنْفُسِهِمْ، وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِيْ
لَا يَرُدُّ عَنِ القَوْمِ المُجْرِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا،
وَاجْعَلْهُمْ هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ، غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلَا مُضِلِّيْنَ،
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ بِطَانَتَهُمْ، وَأَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ
وَالمُفْسِدِيْنَ، اَللَّهُمَّ اجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ، اَللَّهُمَّ
أَيِّدْهُمْ بِالْحَقِّ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ بِالْحَقِّ وَانْصُرِ الحَقَّ
بِهِمْ، اَللَّهُمَّ احْمِ بِهِمْ عِبَادَكَ وَبِلَادَكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ .
عِبَادَ اللهِ، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ* وَأَوْفُوا
بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ
تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ
يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ) [النحل:90-91]، فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ،
وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ
يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar